Tentunya anda terkejut dengan judul diatas, Penjual Bakso Rakyat?. Emangnya DPR aja yang punya slogan "Dari Rakyat, Oleh Rakyat, Untuk Rakyat", penjual bakso yang bernama Pak Suriaman ini juga punya tambahan slogan yaitu "Bakso Rakyat". Itulah yang membikin orang penasaran dengan slogan tersebut, walaupun tidak seperti penjual bakso pada umumnya yang menggunakan rombong besar untuk berjualan bakso. Pak Suriaman menggunakan pikulan bambu untuk memikul, didepannya adalah bos (istilah dandang untuk kuah bakso) dan dibelakangnya adalah isi dari bakso tadi, antara lain gorengan, siomay, bawang goreng dll.
Pak Suriaman baru berangkat dari rumah dan mulai menjajakan dagangannya pukul 12 siang, setelah beliau menjalankan sholat dhuhur. Berangkat siang hari karena paginya Pak Suriaman memasak bakso yang dibantu oleh istrinya, mulai membuat "pentol" (bakso bulat), siomay, goreng, tahu, dll.
Awal mula bakso rakyat adalah saat saya bersama teman-teman sedang asyik duduk dan ngobrol di sebuah pos kamling milik kampung, waktu itu jarum jam menunjuk ke arah 1. Artinya sudah jam 1 dini hari kami ngobrol asyik di pos kamling, tiba-tiba kami terkaget oleh suara khas kentongan bakso "tok tok tok tok tok" dan ada tambahan seruan "Baksooooooooo.... Rakyaaaaaat.....". Saya dan teman-teman serempak tertawa karena seruan dari penjual bakso tadi.
Saya dan teman-teman heran juga, masa' jam segini masih ada bakso, "bakso rakyat" jangan-jangan ada setan jualan bakso "ha..ha..ha". Dan lewatlah si penjual bakso rakyat tadi yaitu Pak Suriaman, berhubung perut sudah dangdutan maka saya dan teman-teman memutuskan untuk membeli bakso tadi. Tanpa basa-basi kami langsung mengambil mangkok yang disediakan oleh Pak Suriaman, rasa baksonya juga tidak kalah dengan penjual bakso yang menggunakan rombong.
Waktu itu saya mengambil bakso 2 butir, goreng 2, siomay 2 dan tahu 2. Perkiraan saya karena dompet lagi nipis, bakso 2 = Rp. 2000, goreng 2 = 1000, siomay 2 = 1000, tahu 2 = 1000, jadi menurut perhitungan saya Rp. 5000 semangkok. Karena pada umumnya penjual bakso yang menggunakan rombong memang rata-rata harganya segitu.
Tapi saya kaget saat menanyakan harganya pada Pak Suriaman tadi, "berapa pak?, bakso,goreng,siomay,tahu, masing-masing 2 butir. "gini saja mas, sampeyan hitung sendiri, baksonya 500 an, goreng dan lain-lain itu 250 an" jawab Pak Suriaman.
"haahh, apa bapak nggak keliru pak", jawabku sambil terheran-heran.
"enggak kok mas, memang harganya segitu" jawabnya.
* "jadi totalnya saya cuman Rp. 3500, dong pak","memang ini benar-benar seperti yang bapak bilang tadi, Baksooooo.... Rakyaaaaat", gurauku pada Pak Suriaman.
- "hahaha, bisa saja sampeyan mas"
* "jadi saya harus bayar Rp. 3500 ya pak ya?"
- "lha hitungan sampeyan bagaimana loh?"
* "ya, segitu pak kalo harganya seperti yang bapak bilang tadi", "ini pak, ambil saja kembaliannya pak" kusodorkan uang pecahan Rp. 5000 an padanya
- "nggak usah mas, terima kasih. kalo nggak kembali mending mas ambil bakso atau apa gitu, tapi saya ada kembalian kok mas, nggak usah khawatir"
Saya heran dengan pribadi orang ini kenapa dia menolak waktu saya berikan uang kembalian untuk dia, padahal biasanya jarang orang yang menolak diberi uang kembalian. Teman-teman juga heran dengan kemurahan bakso Pak Suriaman ini, akhirnya dengan sedikit ragu-ragu di hati karena murahnya bakso yang dijual oleh Pak Suriaman ini, saya beranikan diri bertanya alamat beliau dengan alasan ingin belajar membuat bakso. Dan dengan senang hati beliau memberikan alamatnya pada saya, "silahkan mas, saya senang kalo ada yang mau belajar bakso. Paling tidak saya bisa menularkan ilmu yang saya punya, tapi pagi saja ya mas soalnya saya bikin baksonya pagi sehabis subuh", jawabnya dengan nada semangat dan wajah yang berseri.
Akhirnya beberapa hari kemudian saya datangi rumahnya dan benar-benar beliau dan istrinya menyambut saya dengan nada yang gembira, ternyata bahan yang digunakan untuk membuat bakso adalah bahan-bahan segar dan halal. Cuman bedanya untuk baksonya beliau tidak murni menggunakan daging sapi, tetapi dicampur dengan daging ayam. Mungkin itu yang membuat harganya murah tapi rasanya mirip sekali dengan bakso sapi, kalo saya prosentase mungkin 30% bakso sapi dan 70% adalah daging ayam dan campuran bahan-bahan lain.
Pengalaman yang menyenangkan buat saya karena diajarkan cara membuat bakso secara detail tanpa resep yang dirahasiakan oleh Pak Suriaman, dan bahan-bahan yang digunakan adalah fresh dan yang terpenting adalah beliau selalu menjaga kehalalan baksonya.
Saya tanyakan arti "Bakso Rakyat" beliau hanya tersenyum dan bercerita, "bakso rakyat ini ya bakso untuk rakyat, benar-benar untuk rakyat, hehehe" jawabnya sambil tertawa lebar. Beliau mengartikan "Bakso Rakyat" supaya semua masyarakat di level menengah kebawah bisa merasakan bakso dengan harga murah, dan tentunya rasanya juga tak kalah dengan bakso-bakso yang mahal. Itulah arti motto dari "Bakso Rakyat".
Dari Pak Suriaman kita bisa mengambil sebuah pelajaran bahwa tidak selamanya berjualan dengan harga murah itu harus menggunakan cara-cara yang curang, seperti yang banyak kita lihat di acara investigasi di stasiun televisi. Dengan kejujurannya dalam bisnis jualan bakso ini Pak Suriaman telah mendapatkan banyak keuntungan terutama kepercayaan oleh pembelinya, yang kepercayaan itu tidak mungkin didapatkannya jika ia menggunakan cara-cara yang curang.
Pak Suriaman baru berangkat dari rumah dan mulai menjajakan dagangannya pukul 12 siang, setelah beliau menjalankan sholat dhuhur. Berangkat siang hari karena paginya Pak Suriaman memasak bakso yang dibantu oleh istrinya, mulai membuat "pentol" (bakso bulat), siomay, goreng, tahu, dll.
Awal mula bakso rakyat adalah saat saya bersama teman-teman sedang asyik duduk dan ngobrol di sebuah pos kamling milik kampung, waktu itu jarum jam menunjuk ke arah 1. Artinya sudah jam 1 dini hari kami ngobrol asyik di pos kamling, tiba-tiba kami terkaget oleh suara khas kentongan bakso "tok tok tok tok tok" dan ada tambahan seruan "Baksooooooooo.... Rakyaaaaaat.....". Saya dan teman-teman serempak tertawa karena seruan dari penjual bakso tadi.
Saya dan teman-teman heran juga, masa' jam segini masih ada bakso, "bakso rakyat" jangan-jangan ada setan jualan bakso "ha..ha..ha". Dan lewatlah si penjual bakso rakyat tadi yaitu Pak Suriaman, berhubung perut sudah dangdutan maka saya dan teman-teman memutuskan untuk membeli bakso tadi. Tanpa basa-basi kami langsung mengambil mangkok yang disediakan oleh Pak Suriaman, rasa baksonya juga tidak kalah dengan penjual bakso yang menggunakan rombong.
Waktu itu saya mengambil bakso 2 butir, goreng 2, siomay 2 dan tahu 2. Perkiraan saya karena dompet lagi nipis, bakso 2 = Rp. 2000, goreng 2 = 1000, siomay 2 = 1000, tahu 2 = 1000, jadi menurut perhitungan saya Rp. 5000 semangkok. Karena pada umumnya penjual bakso yang menggunakan rombong memang rata-rata harganya segitu.
Tapi saya kaget saat menanyakan harganya pada Pak Suriaman tadi, "berapa pak?, bakso,goreng,siomay,tahu, masing-masing 2 butir. "gini saja mas, sampeyan hitung sendiri, baksonya 500 an, goreng dan lain-lain itu 250 an" jawab Pak Suriaman.
"haahh, apa bapak nggak keliru pak", jawabku sambil terheran-heran.
"enggak kok mas, memang harganya segitu" jawabnya.
* "jadi totalnya saya cuman Rp. 3500, dong pak","memang ini benar-benar seperti yang bapak bilang tadi, Baksooooo.... Rakyaaaaat", gurauku pada Pak Suriaman.
- "hahaha, bisa saja sampeyan mas"
* "jadi saya harus bayar Rp. 3500 ya pak ya?"
- "lha hitungan sampeyan bagaimana loh?"
* "ya, segitu pak kalo harganya seperti yang bapak bilang tadi", "ini pak, ambil saja kembaliannya pak" kusodorkan uang pecahan Rp. 5000 an padanya
- "nggak usah mas, terima kasih. kalo nggak kembali mending mas ambil bakso atau apa gitu, tapi saya ada kembalian kok mas, nggak usah khawatir"
Saya heran dengan pribadi orang ini kenapa dia menolak waktu saya berikan uang kembalian untuk dia, padahal biasanya jarang orang yang menolak diberi uang kembalian. Teman-teman juga heran dengan kemurahan bakso Pak Suriaman ini, akhirnya dengan sedikit ragu-ragu di hati karena murahnya bakso yang dijual oleh Pak Suriaman ini, saya beranikan diri bertanya alamat beliau dengan alasan ingin belajar membuat bakso. Dan dengan senang hati beliau memberikan alamatnya pada saya, "silahkan mas, saya senang kalo ada yang mau belajar bakso. Paling tidak saya bisa menularkan ilmu yang saya punya, tapi pagi saja ya mas soalnya saya bikin baksonya pagi sehabis subuh", jawabnya dengan nada semangat dan wajah yang berseri.
Akhirnya beberapa hari kemudian saya datangi rumahnya dan benar-benar beliau dan istrinya menyambut saya dengan nada yang gembira, ternyata bahan yang digunakan untuk membuat bakso adalah bahan-bahan segar dan halal. Cuman bedanya untuk baksonya beliau tidak murni menggunakan daging sapi, tetapi dicampur dengan daging ayam. Mungkin itu yang membuat harganya murah tapi rasanya mirip sekali dengan bakso sapi, kalo saya prosentase mungkin 30% bakso sapi dan 70% adalah daging ayam dan campuran bahan-bahan lain.
Pengalaman yang menyenangkan buat saya karena diajarkan cara membuat bakso secara detail tanpa resep yang dirahasiakan oleh Pak Suriaman, dan bahan-bahan yang digunakan adalah fresh dan yang terpenting adalah beliau selalu menjaga kehalalan baksonya.
Saya tanyakan arti "Bakso Rakyat" beliau hanya tersenyum dan bercerita, "bakso rakyat ini ya bakso untuk rakyat, benar-benar untuk rakyat, hehehe" jawabnya sambil tertawa lebar. Beliau mengartikan "Bakso Rakyat" supaya semua masyarakat di level menengah kebawah bisa merasakan bakso dengan harga murah, dan tentunya rasanya juga tak kalah dengan bakso-bakso yang mahal. Itulah arti motto dari "Bakso Rakyat".
Dari Pak Suriaman kita bisa mengambil sebuah pelajaran bahwa tidak selamanya berjualan dengan harga murah itu harus menggunakan cara-cara yang curang, seperti yang banyak kita lihat di acara investigasi di stasiun televisi. Dengan kejujurannya dalam bisnis jualan bakso ini Pak Suriaman telah mendapatkan banyak keuntungan terutama kepercayaan oleh pembelinya, yang kepercayaan itu tidak mungkin didapatkannya jika ia menggunakan cara-cara yang curang.